Cerpen Kasih tak sampai
‘Wahai sang rembulan, Bukankah dua insan yang saling mencintai akan mendapatkan cahaya terang darimu, setiap malam-malamnya.Wahai sang Bintang, bukankah kau selalu menjadi yang paling indah saat kerlip'an cahayamu menari indah dihamparan langit gelap itu.
Aku semakin mengerti benalu dalam hidupku. Dan, aku semakin mengerti arti cinta yang bersarang dalam hatiku. Mungkin ini terlalu lancang, karena aku mencintai sosok yang paling sempurna dalam Hidupku. Ya, Dia adalah teman dekatku, Dodi Rusdiantoro.
Bahagiaku adalah ketika melihatnya tersenyum.
Bahagiaku adalah ketika melihatnya tersenyum.
Biarkan Aku menangis kali ini saja, 'tuk mengutarakan isi hati yang terbelenggu ini, terisak perih menusuk hati,
saat aku melihatnya pergi tanpa sepatah kata pun, dan tanpa menoleh sedikit pun. Bahkan, aku berusaha untuk memanggilnya, ia tak menggubrisnya. Menyedihkan! Dia meninggalkan kisah yang belum kita mulai’.
**
Bersama senja sore ini, gadis itu masih setia menulis dalam buku diary nya. Kali ini, ia menangis. Entah kenapa, hatinya seolah terasa perih, saat ia harus mengenang Dodi sahabatnya yang telah lancang ia cintai. Bukan lancang, karena cinta memang kerap datang tanpa Permisi. Sigadis bernama Ciara ini telah jatuh cinta kepada Dodi, sahabat terdekatnya.
Bersama senja sore ini, gadis itu masih setia menulis dalam buku diary nya. Kali ini, ia menangis. Entah kenapa, hatinya seolah terasa perih, saat ia harus mengenang Dodi sahabatnya yang telah lancang ia cintai. Bukan lancang, karena cinta memang kerap datang tanpa Permisi. Sigadis bernama Ciara ini telah jatuh cinta kepada Dodi, sahabat terdekatnya.
Jika dalam hidupnya, Ciara bisa menentukan jalan takdirnya sendiri, mungkin ia tidak akan mau bertemu dengan Dodi. Dodi yang membuatnya jatuh cinta, Dodi yang memberikannya harapan kecil untuk Ciara, sehingga Ciara mengartikannya sebagai Cinta. Namun, Ciara salah! Dia hanya dianggap sebatas teman dekat saja oleh Dodi.
Kini, Dodi menjauh setelah mereka duduk dibangku kelas dua Sekolah Menengah Atas. Bahkan, sejak mereka masih kelas satu SMA. Tak jarang semua teman membicarakan kalau Ciara dan Dodi menjalin hubungan 'pacaran'. Karena, persahabatan mereka begitu lengket, bak permen karet.
Tapi, justru hubungan mereka menjadi renggang saat duduk dibangku kelas dua SMA. Mengapa? Dodi menjauh.. Membuat Ciara merasa haus akan kejelasan yang pasti dari Dodi. Tapi Dodi sepertinya menjauh tanpa kejelasan yang pasti.
"Bukankah selama ini, kita begitu dekat? Bahkan semua orang menganggap kita sudah pacaran? Tolong! Berikan aku kejelasan, hingga aku paham.
Jika memang menjauh lebih baik untukku
, aku akan menghilangkan rasa yang bersarang dihatiku ini, walau pun, aku tidak yakin aku bisa. Tapi aku akan berusaha, katakan kenapa kamu menjauh" Ucap Ciara, saat bertemu dengan Dodi ditaman umum.
Dodi terlihat diam, tanpa menjawab semua pertanyaan Ciara. Lalu, Dodi berlalu tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya itu.
"Dodi??" lirih Ciara, saat memandang Dodi yang semakin menjauh darinya. Airmatanya jatuh, saat melihat Dodi yang semakin menjauh.
"Aku hanya ingin meminta kejelasan. Jika kamu ingin menjauh, jauhilah aku, sejauh mungkin" Lirih Ciara dalam hati, yang masih memandang punggung Dodi yang kian berlalu.
"Jika hanya menoleh pun, kamu tidak mau. Aku akan berusaha menghapus rasa ini, walau membutuhkan waktu seribu tahun, akan aku lewati. Kamu tidak pernah tahu, Dod. Perasaan cinta ini sangat besar, hingga aku tak mampu menampungnya lagi. Aku akan menganggapmu sebuah debu yang usang, sebuah piguran dalam sinetron. Kamu tidak jauh berbeda dengan mereka. Meski sempat menjadi istimewa dalam hidupku, saat kamu menggores luka dihatiku, aku akan melepasmu, walau hatiku perih, Biarkan hujan yang manghapus airmataku ini" Lirih Ciara melihat Dodi yang tak terlihat lagi dipelupuk matanya.
Angin, bunga, rerumputan, seolah ikut menangis melihat Ciara tersakiti oleh Cintanya.
Kemudian, Ciara mengusap airmatanya sendiri. Ia masih merasakan sakit yang begitu hebat. Sesekali rekaman dirinya dan Dodi terngiang kembali dalam otaknya. Saat Dodi mengatakan kalau dirinya akan menjadikan Ciara kekasihnya jika sudah tepat waktunya.
Dan kini, saat benih cinta tumbuh dan bersarang dihati Ciara, Dodi malah pergi meninggalkan Ciara.
Dan kini, saat benih cinta tumbuh dan bersarang dihati Ciara, Dodi malah pergi meninggalkan Ciara.
***
Saat tidak sengaja, hari ini Ciara melihat Dodi bersama seorang perempuan. Perempuan itu bernama Hanna. Hanna adalah siswi kelas satu, yang tak lain adik kelas Dodi dan Ciara.
Saat tidak sengaja, hari ini Ciara melihat Dodi bersama seorang perempuan. Perempuan itu bernama Hanna. Hanna adalah siswi kelas satu, yang tak lain adik kelas Dodi dan Ciara.
Hari ini, Dodi dan Hanna begitu mesra, tak sengaja Ciara melihatnya. Membuat ciara sedikit memahami, jika Hanna-lah yang membuat Dodi menjauhinya. Namun, Ciara tak dapat berkutip apapun, ia hanya menyaksikan kepedihan itu. Ia tak mempercayai bahwa Dodi akan menyakitinya separah ini. Bahkan, Dodi tahu kalau disitu ada Ciara. Tapi Dodi tak perduli, ia masih bercanda tawa bersama kekasih barunya, Hanna.
*Mungkin hanya bila ku mati, kau kan berhenti, tuk menyakiti, sampai kapan aku begini, terus begini, terus engkau lukai**
***
'semoga Tuhan membalas semua yang terjadi kepadaku, suatu saat nanti, hingga kau sadari sesungguhnya yang kau punya, hanya aku, tempatmu kembali, sebagai cintamu'.
'semoga Tuhan membalas semua yang terjadi kepadaku, suatu saat nanti, hingga kau sadari sesungguhnya yang kau punya, hanya aku, tempatmu kembali, sebagai cintamu'.
"Mungkin benar, jika memang harus begini, aku akan berusaha melepaskan semua rasa ini, meski rasa ini melekat dalam hati dan jiwaku, aku akan berusaha melepaskannya, meski tergores, aku tidak peduli. Bahkan kasih yang tak sampai ini, membuat aku semakin terluka. Kasihku, cintaku, semangatku, candatawaku, bahagiaku, adalah ketika kamu disampingku. Tapi? Kamu lebih memilih Hanna menjadi cintamu." Lirih Ciara.
"Aku tidak akan pernah menoleh lagi, jika kamu berusaha memanggilku, aku tidak akan menggubrisnya. Biarkan rasa ini menjadi milikku sendiri. Meski aku harus memikul beban berat dibahuku, aku tidak akan pernah menoleh sedikit pun tentang kisah kita yang begitu pilu, Biarkan waktu yang menghapusnya" Lirih Ciara, kemudian berlalu pergi. Ciara yang sejak tadi bersembunyi dibalik pohon, menyaksikan kebersamaan Dodi dan Hanna. Kini, ia berlalu meninggalkan kisah pilunya.
Kemudian, Dodi melihat Ciara berlari kecil tak jauh dari tempat ia duduk bersama Hanna.
"Maafkan aku, aku terlalu bodoh.." Batin Dodi melihat Ciara yang berlalu.
"Dod? Lihatin apa, sih?" Tanya Hanna, Dodi hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala, lalu tersenyum kecil.
***
Kasih tak sampai, membuat hati terluka. Maksud hati ingin bersamanya, tapi Tuhan tidak mengizinkan untuk bersama, mungkin karena masih ada yang lebih baik.
Meski hidupnya bagai daun yang kering, jatuh tertiup angin, terseret kesana-kemari tak tentu arah. Tapi sang daun itu, tak pernah sedikitpun membenci sang angin. Ia hanya mengerti takdir hidupnya, walau pahit. Tapi ia pernah menjadi pucuk yang terlihat hijau segar dan menyegarkan.
"Kutitipkan kembali cinta ini, pada Rembulan dan Bintang malam ini. Hingga aku dapat merasakan cinta esok hari yang dibawa sang Mentari. Hingga aku temukan kembali Cinta yang utuh seperti setianya sang Embun dipagi hari. Bukan lagi sebuah kisah Sang Fajar dan Sang Senja yang tak mungkin bersatu. Bukan lagi kisah sepasang sepatu. Kisah pilu hidupku akan berakhir, dan Tuhan memberikan Cinta yang pantas untuk hidupku, esok hari" Ucap Ciara menatap jauh kesebrang danau sana. Saat ia menyaksikan senja yang mulai tenggelam. Terukir senyum yang mengembang dibibir manis Ciara, membuatnya lepas tanpa beban. Jika Dodi bahagia bersama Hanna, maka itu pun menjadi sedikit kebahagian untuk Ciara, karena ia bisa melihat seseorang yang ia sayang bahagia, meski bahagianya bukan bersama Ciara.
'Terimakasih untuk Cinta'
END
>>> follow my Wattpad @mrsleni
>>> follow my Wattpad @mrsleni

Silahkan berkomentar tetapi jangan spam
EmoticonEmoticon