Cerpen segulung jarum pentul
Tak pernah bosan untukku bermain dengan kiasan kata-kata penuh makna, yang aku tuangkan melalui tulisanku. Kali ini, aku akan menceritakan tentang kisah teman seperjuanganku dalam sebuah organisasi yang aku tekuni saat aku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Terbesit dalam pikiranku, bahwa tidak pernah terlintas sedikitpun, jika aku akan bersekolah di SMK pertiwi, dan bertemu dengan kawan-kawan yang sangat ramah dan tamah.
.
.
Senin pagi!
Ini adalah menjadi hari dimana aku harus melawan terik matahari yang semakin meninggi. Udara dipagi memang menyejukkan. Tapi, jika sudah jam tujuh atau jam delapan, terasa terik menyakitkan. Huh! Lagi-lagi harus upacara. Hari senin adalah hari yang paling menyebalkan bagi sebagian murid. Tapi, ucapara sangat penting, bukan?.
"Huh, hari pertama sekolah.. Baru kemaren selesai MOPD, hari ini ada upacara.. Pake baju putih-putih, pake almet! Mana aku dibarisan paling depan. Mungkin lebih enak dibarisan belakang kali ya, Bisa ngerumpi" Dumelku, seraya menahan terik mentari.
Setelah semua usai, akhirnya aku masuk kelas. Kegiatan belajar mengajar masih tidak stabil. Guru-guru mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kelasku kosong tanpa guru, hanya suara obrolan kecil teman-temanku saja yang aku dengar.
.
Kemudian, aku lihat banyak pembukaan pendaftaran esktrakulikuler dimana-mana, bahkan kerap ada yang datang ke kelas-kelas untuk perekrutan anggota baru.
.
Aku? Aku mendaftar semua organisasi yang ada disekolah ini. Osis, Pramuka, Badminton, Karate. Banyak bukan? Tapi tak ada satu pun, yang bertahan.
.
Padahal, aku sudah pernah dilantik menjadi bantara di Pramuka, tapi berhenti ditengah jalan, karena aku sering bolos latihan. Bolos latihan pernah, tapi bolos sekolah tidak pernah.
.
Yasudah biarkan semuanya berlalu begitu saja. Aku mulai bingung dengan eskul yang aku ikuti, saking banyaknya tak ada satupun yang bertahan..
"Silat nusantara, mungkin itu lebih original kali yak? Hem" Pikirku, saat terlintas satu organisasi persilatan yang membuat hati menarik untuk mengikutinya..
Sampai, aku bertemu dengan teman bernama Nurkholilah,
dia menyapaku saat aku mengikuti kumpul di organisasi silat itu. Tapi, seingatku, Aku yang menyapanya lebih dulu. Em, waktu itu dia duduk bersebelahan denganku.
.
.
"Hey, ikutan silat juga ya?" Sapaku padanya.
..
"Iya, sebenarnya dari awal udah ikutan, sih. Cuma jarang kumpul gitu, gak ada temen. Canggunng" Ucapnya.
.
"Oh gitu, hehe. Aku mah masuknya telat nih. Oh ya, nama kamu siapa?" Tanyaku, mengulurkan tangan.
.
"Nurkholilah, panggil lilah aja.." Ucapnya tersenyum membalas uluran tangan dariku.
.
"Aku leni" Ucapku tersenyum.
Dari situ, kita saling menukar nomor ponsel. Membuatku menjadi lebih dekat dengan Nurkholilah. Yang saat ini menjadi sahabat karibku.
.
"0812889xxxx" ucapku saat Lilah meminta nomer ponselku.
.
"Aku ada dua nomer, tri sama telkomsel. Yang sekarang aktif telkomsel. Hp aku satu kartu abisnya.. Hehe... Simpen aja dua ya nomer akunya" Ucapku, kemudian Lilah hanya mengiyakan saja.
.
"Apaa.. Urang sms ka si iyeu mah tara dibales ih.." Ucap seseorang dengan logat sundanya. Dia berada disamping belakangku. Seseorang itu mendengarkan obrolan kecilku bersama Lilah.
.
"Apa? Emang kamu sms?" Tanyaku.
.
"Dede sms tara di bales ih.." Ucapnya, menyebut dirinya dengan nama 'Dede' ya! Dia dede rusdi, yang kukenal di eskul pramuka. Dede rusdi tidak sendiri, ia bersama jalal.
Kemudian, setelah 30 menit menunggu, akhirnya rapat itu dimulai dan dibuka oleh salah satu senior berkumis tipis itu.
.
***
Hingga setengah perjalanan. Dahulu, murid rekrutannya hampir 2 kelas penuh. Tapi yang tersisa? Hanya aku, Lilah, Dede Rusdi, Apip Hidayat, Budy Rizky, Yusup, Arip, Jalal, Novi, dan ade badrudin.
Hanya tersisa 10 orang saja.
Dan tersisa tiga orang perempuan saja? Sebenarnya, ada enam perempuan yang tersisa. Tapi, tak bertahan.
.
Ingatkah? Dahulu, waktu si ketua Eskul masih dibawah pimpinan deden Lesmana. Saat hujan dihari senin, hari itu libur sekolah, entah libur dalam rangka apa. Tapi, seingatku itu adalah acara masak-masak.
.
Ingatkah? Dahulu, waktu si ketua Eskul masih dibawah pimpinan deden Lesmana. Saat hujan dihari senin, hari itu libur sekolah, entah libur dalam rangka apa. Tapi, seingatku itu adalah acara masak-masak.
Rencana awal masak-masak dirumah Sang ketua deden lesmana.
Namun, karena situasi sedang hujan lebat. Akhirnya, masak-masak itu, dirumah Dede rusdi. Singkat saja, yang membuat aku tidak pernah melupakannya adalah, ketika Novi harus terpeleset dalam genangan air yang tingginya selututku, pakaiannya basah kuyup, dia terpeleset tepat didepanku. Membuatku terkekeh melihatnya.
.
***
.
***
Singkat saja,
Ketika aku duduk dibangku kelas dua SMA. Bulan November tepatnya, Dimana tanggal sebelas dibulan november itu, menjadi saksi bisu, menjadi momen yang tak pernah terlupakan. Karena, Apip hidayat dinobatkan sebagai ketua dalam angkatan kita. Dan, aku? Menjadi seorang bendahara, yang tugasnya menagih uang khas, sudah seperti seorang depkolektor saja aku ini
Apip hidayat menjadi ketuanya, dan Lilah menjadi wakil. Mereka berdua sudah menjadi perpaduan yang sempurna.
.
Pada saat itu? Setelah beberapa bulan, Apip dinobatkan menjadi ketua. Akhirnya, Novi Hengkang dari organisasi. Entah dengan alasan apa, ia keluar dari organisasi.
.
Dan, tersisa sembilan orang saja. Sudah seperti personil Cherrybelle bukan? Sembilan orang.
.
Tak lepas dari situ, walaupun sembilan orang, tapi, kita selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Hingga satu acara yang kita perjuangin adalah, ketika merencanakan ziarah. Butuh perjuangan yang ekstra saat menggerakan itu, tapi berkat kerjasama yang solid. Kita bisa mewujudkannya.
.
Kita pernah dilatih, kemudian kita melatih. Melatih anak kelas satu, atau junior. Membuat kita harus lebih berjuang lagi. Materi dan evaluasi harus ada diluar otak kita. Berat bukan? Tidak! Semuanya terasa ringan jika dihadapi bersama-sama.
.
**
Saat hujan, badai, begitu semangat jika hujan turun dihari rabu dan sabtu. Bahkan pernah, suatu ketika lapangan tergenang air setinggi lututku, dan kita seperti latihan silat dalam sebuah empang, hingga sulit untuk menghentakan kaki dalam beberapa jurus.
.
Candatawa, terukir dalam wajah kawan-kawanku.
.
"Sparing..sparingg... Yuk ah!! Ketua ditengah.." Ajak yusup..
.
"Hahaha, sing gelut, sing gelut.." Ucapku dengan bahasa sunda.
.
"Hayo atuh pip, ketua ditengah" Ade badrudin tak mau kalah menantang sang ketua.
.
"Buru atuh pip, eh.." sambung jalal.
.
"Okee..." ucap Apip dengan sigap. Padahal hatinya mendumel.
.
"Hayu buru..." Ucap Dede rusdi.
Akhirnya semua pasukan kelas dua, anak laki-lakinya mengatur posisinya masing-masing. Apip berada ditengah. Mungkin dia akan habis kali ini. Entahlah, aku hanya bisa berdoa semoga dia masih hidup

.
Aku dan Lilah hanya melihat saja, seraya melatih kemampuan silat kita.
.
semua terlihat senang, meski dingin merasuk kedalam ruas tulang. Tapi itu tak perduli, kebersamaanlah yang menghangatkan kita. Mungkin moment ini yang paling aku rindukan nantinya.
.
Apalagi? Aku pernah diam-diam menyukai salah satu dari teman seperjuanganku dalam organisasi ini, yang ku sebut dia sahabatku. Entahlah, aku pernah menyayanginya. Mungkin sampai detik ini? Lupakan saja! Aku tidak akan pernah menodai persahabat kita dengan sebuah cinta yang menyesakkan. Lupakan-lupakan!

.
***
Sembilan Elemen, Sembilan sahabat, Sembilan Warna. Tahukah? Segulungan jarum pentul yang terlihat melingkar Rapi dengan berbagai warna dipentulnya? Seperti itulah persahabatan kita. Dengan pola pikir yang berbeda, dengan ego masing-masing. Kita masih tetap kompak serempak. Tujuan kita saat ini adalah berbakti kepada Guru.
.
Banyak kenangan indah yang tersimpan dalam memori otakku. Namun, tak dapat aku ceritakan secara detail, mungkin akan menjadi satu buku yang sangat tebal jika diceritakan secara detail.
.
Saat semuanya lulus sekolah. Terasa begitu kental rasa rindu ini. Tapi? Semua sudah hidup menentukan masa depan masing-masing. Biarlah kenangan itu tetap tersimpan utuh dalam memory otak yang tidak akan pernah usang sampai kapanpun.
Walau se-cuil Upil, aku tidak akan pernah melupakan kenangan itu. Selalu merindukan masa-masa dimana kita dilatih, berlatih, dan melatih bersama.
Biarkan semilir angin malam ini sejukkan jiwa, membawaku keruang nostalgia, membuatku mengingat persahabatan yang sering kusebut sepergi segulung jarum pentul yang melingkar. Namun, perlahan hilang dari gulungan itu satu persatu-satu.
Biarkan aku membawa seribu lentera untuk langit hati yang gelap itu. Agar kisah kita tetap tersimpan dalam langit hati yang terang.
.
Semoga menjadi sahabat karibku, selamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
END!
Silahkan berkomentar tetapi jangan spam
EmoticonEmoticon