Tuhan? Apa Kau sedang menghukumku? Apa aku berdosa? Kenapa hidupku sepahit ini? Ini sudah seperti kutukan terhadapku, Ayahku membenciku, karena aku anak yang Bodoh! Lihatlah, Adikku Reza Anugrah, Dia selalu menjadi anak yang dinomor satu kan. Apakah aku tidak pantas merasakan kasih sayang kedua orangtua ku?'
Deg..
Airmatanya menetes, lihatlah ia menangis tertahan, jika harus menyaksikan sang Adik diperlakukan istimewa oleh sang Ayah, sementara dirinya selalu dilupakan. Miris, kehidupannya begitu miris. Menyakitkan.
“Sabar, bismanisku sayang.. Bisma harus jadi anak yang tangguh, si mbok yakin kelak den Bisma pasti akan sama seperti tuan muda Reza”
terngiang jelas perkataan si mbok, ketika Bisma kecil, hidupnya sepahit itu. Sampai saat ini dia masih terpuruk dalam kisah pilunya ini.
Sabar! Sabar! Sabar!
Sudah bertahun-tahun Bisma harus sabar menghadapi kepahitan ini. Dia sudah besar, sudah memasuki dunia perkuliahan. Namun, sang Ayah masih saja tidak perduli terhadapnya. Harus sesabar apa? Bukankah manusia sering mengucap kalau sabar itu ada batasnya?
---
Saat dipasar malam tempo lalu, disaat Bisma bertemu dengan Dipa, salah satu anggota genk cewek populer di kampus. Bisma merasa ada yang aneh dengan Dipa.
“Lepasin tangan gue!” Cetus Dipa, saat Bisma menahan tangannya.
“Lo belum jawab pertanyaan gue! Ngapain lo disini malem-malem?” Tanya Bisma.
“Gu-gu-gue..” Dipa terlihat gugup.
“Ah, gue tahu, ternyata selera lo rendahan juga ya?” Bisma bersikap dingin.
Seketika Dipa memasang wajah kesal, saat Bisma berkata bahwa dirinya 'selera rendahan'.
“Sialan lo! Lo juga sama! Ngapain lo disini? Dipasar malem ini? Apa bedanya gue sama lo? Sama-sama rendahan 'kan seleranya?” Dipa menyolot, membuat Bisma terdiam.
“Gue gak mau debat sama lo!” Jelas Bisma.
“Ya, gue juga gak mau debat sama lo!” Tegas Dipa.
“Lo mau kemana?” Tanya Bisma mendadak seolah perduli.
“Gue mau pulang!” Ucap Dipa, kemudian Dipa berlalu.
Dipa terlihat kesal saat ia bertemu dengan Bisma tadi, sikap Bisma membuatnya benar-benar kesal. Padahal ini adalah pertemuan mereka yang pertama. Ralat, pembicaraan mereka yang pertama, tapi sudah berdebat saja, ya, itu karena Bisma bersikap dingin. Ya, memang begitulah watak Bisma.
“Gila tuh cowok! Ngapain si Zhezhe naksir sama si Bisma! Cowok dingin kayak gitu, bikin males aja!!” Gumam Dipa.
*
Sesampainya dirumah, Dipa terlihat fokus kelayar ponselnya. Ya, dia sedang on instagram. Sesekali ia melirik profil @BK_senimancinta. Membuatnya terkagum-kagum dengan beberapa foto yang di aplod oleh @BK_senimancinta itu.
Ah, sial! Dipa tidak tahu kalau itu adalah akun instagram pribadinya Bisma. Ya, memang semua orang tidak tahu kalau pemilik akun instagram @BK_senimancinta itu adalah Bisma Karisma.
---
Saat Bisma kembali pulang kerumahnya, ia terlihat dengan wajah yang begitu datar saja.
Ceklek, saat membuka pintu, Bisma melihat sang Ayah yang sedang duduk diruang tamu bersama Mama dan Adiknya, yang sedang asyik bercengkrama.
“Bis..” Ucap Mama Cassma saat melihat Bisma yang berdiri diambang pintu utama rumah.
Bisma hanya terdiam.
“Dari mana saja kamu!! Jam segini baru pulang!! Sudah papah katakan! Sebaiknya kamu belajar! Supaya pandai! Jangan main keluyuran gak jelas!! Ini yang papah gak suka dari kamu!!” Bentak Pak Wisnu -ayahBisma-
Deg..
Lagi-lagi lelaki paruh baya itu, memarahi Bisma.
Bisma hanya diam saja, karena percuma saja kalau ia bicara, Ayahnya tidak akan pernah mau mendengarkannya.
“Sudah, pah, jangan marahin Bisma..” Lerai sang Mama.
“Mamah belain aja anak bodoh itu!!” Cetus sang Pak Wisnu.
Bisma terdiam, dan bergumam dalam hati.
“Kalau saja papah tahu, kemana langkah kaki ini berjalan tadi, pasti papah akan kaget, aku merindukan sikap manis Ayah, saat aku berumur 7 tahun, bukankah kita selalu menghabiskan waktu bersama di Pasar malam? tapi, rasanya aku tidak bisa mengatakan ini sama papah, karena aku rasa papah sudah tidak sayang lagi sama aku, cuma gara-gara aku pernah tidak naik kelas ketika kelas 4 SD! Pah, sebenarnya aku merindukan papah yang dulu, ketika papah mengajakku ke Pasar malem, bermain komedi putar disana, tapi, papah sekarang sudah membenciku, bahkan aku rasa papah sudah tidak menganggapku anak lagi” batin Bisma menjerit.
“Pah, udah, kasihan kak Bisma pah,” lerai Reza.
“Reza? Papah bangga sama kamu, kamu anak yang pandai! Tidak seperti kakakmu! Dia, bodoh!” Makinya.
Deg..
Menangis tertahan itu sangat menyakitkan untuk Bisma.
Mama cassma pun, terlihat menatap iba anak sulungnya itu. Mama cassma perlahan menghampiri anak sulungnya dengan wajah yang sendu.
“Bis.. Masuklah kedalam kamar, kamu harus istirahat, kamu pasti capek, nanti mama antarkan makanan kekamar kamu ya..” Ucap mama Cassma begitu lembutnya, seraya mengelus pipi Bisma.
Bisma tersenyum tipis, walaupun memang ia sedang menahan tangis.
Ia masih beruntung bisa merasakan hangatnya kasih sayang mama-nya.
---
Saat Bisma dikamar, ia terlihat murung, entahlah apa yang ia pikirkan, beban pikirannya begitu menumpuk.
“Kak?” Tiba-tiba Reza masuk kedalam kamar Bisma.
“Ya?” Singkat Bisma.
“Gue minta maaf, selama ini bokap selalu mengistimewakan gue, sementara lo, lo selalu diasingkan sama bokap..” Jelas Reza. Bisma hanya tersenyum saja, tidak menjawab perkataan Reza.
“Gue minta maaf sama lo kak..” Ucap Reza.
“Lo tenang aja, gue udah biasa diginiin, jadi sudah terbiasa.. Hati gue udah jadi batu sekarang, gak akan lagi masuk kedalam hati perkataan bokap yang kadang bikin hati gue sakit! Lo jangan bikin bokap kecewa ya za! Lo harus terus jadi anak yang pandai!” Jelas Bisma.
Reza tersenyum.
Dan memeluk Bisma.
“Sebenarnya gue iri sama lo za! Iri! Tapi, gue bisa apa?” Batin Bisma menangis.
----
Keesokan harinya,
Saat dikampus, Bisma terlihat asyik membaca mading kampus yang menurutnya sangat menarik perhatiannya itu.
“Artikelnya bagus-bagus!” Ucap Bisma.
“Hei,” sapanya pada Bisma.
“Eh, lo raf! Ada apa?” Tanya Bisma.
“Sorry gue kemarin-kemarin marahin lo di Line!!” Ucap Rafael.
“Santai..”
“Eh, ini penampilan baru lo? Keren juga yak?” Rafael memuji penampilan Bisma yang saat ini mengenakkan headband dikepalanya.
“Gue lagi pusing, mangkanya gue pake iket kepala gini..” Ucap Bisma terkekeh.
“Njir, lo kasep kayak gini-lah..” Rafael memuji.
“Biasa aja!” Singkat Bisma tersenyum tipis.
“Yasudah, sore ini lo ikut gue ya, bis! Latihan basket barenglah, sama anak-anak yang lain, hehe” ajak Rafael, Bisma pun mengangguk saja, seraya mengangkat jempolnya. Sip.
Ya, Rafael dan Bisma berteman akrab. Bisma hanya akrab dengan Rafael saja, karena menurutnya Rafael adalah orang yang tepat untuknya dijadikan teman akrab, karena sikap Rafael yang begitu solid.
---
Saat dilapangan Basket yang tak jauh dari kampus. Rafael mengajak Bisma untuk bermain Basket sore ini. Nampaknya sangat mendukung sekali udara sore ini, cerah.
“Sial!!!!! Gue ditolak mentah-mentah!!! Parah!! Arg!!” Kesal ilham, memantulkan bola basket dengan kerasnya.
“Gila lo, kenapa ham?” Tanya Rafael.
“Biasa masalah cewek, tuh,” simple Rangga.
“Yaudah lah! Masalah cewek doang! Cewek masih banyak ham!” Jelas Rafael.
“Ya tapi, gue di tolak mentah-mentah bro!! Sakit inimah asli! Sakit!!” Kesal ilham.
“Ditolak sama siapa?” Tiba-tiba morgan datang.
“Sama fellysa!” Jelas ilham.
“What???!!!”
“Yaudahlah, biarin aja..” Ucap Rafael.
Bisma nampak risi dengan group basket abal-abal ini, terlalu kekanak-kanakan menurutnya saat melihat tingkah Ilham yang seperti itu. Akhirnya Bisma memutuskan untuk duduk saja di tepi lapangan. Ia terlihat cuek, dan kembali fokus dengan layar ponselnya.
“Bis..” Ucap Rafael dengan tangan yang memantul-mantulkan bola basket.
“Heum?” Sahut Bisma yang masih fokus dengan layar ponselnya.
“Lo gak mau maen bareng kita?” Tanya Rafael.
“Lo aja deh, gue males!”
“Kambuh lagi lo dinginnya!” Ucap Rafael.
Bisma hanya diam saja, ia lebih fokus pada layar ponselnya.
“Yaudah, gue mau main..!” Rafael berlalu, kembali bermain bersama teman-temannya yang lain.
Lihatlah, Si Bisma masih saja fokus dengan layar ponselnya, apa yang ia perhatikan dalam ponselnya? Ia begitu serius menatap layar ponselnya itu.
“Hei, bis, ini buat lo,” ucapnya memberikan sebuah minuman kemasan botol pada Bisma.
“Lo?” Pekik Bisma.
“Ini minuman buat lo,” ucapnya lagi.
“Lo siapa?” Tanya Bisma.
Seseorang tersebut langsung duduk disamping Bisma dengan wajah yang tampak ceria sekali.
“Kenalin, bis, gue Zhezhe, lo tahu 'kan gue? Nama asli gue jessica! Tapi anak-anak lebih seneng manggil gue dengan nama Zhezhe.” Jelasnya. Bisma hanya mengangguk saja.
“Zhezhe!!!!” Teriaknya, membuat Zhezhe dan Bisma tersentak.
“Gue cariin lo kemana-mana, ternyata lo disini!!” Ucapnya.
“Ada apa, sih, Dipa? Lo gangguin gue aja deh!” Kesal Zhezhe.
“Udah ayok, ngapain lo disini, sama dia lagi, dia itu cowok nyebelin!” Cetus Dipa menunjuk kearah Bisma, Bisma tersenyum tipis.
“Dasar cewek cerewet!” Ucap Bisma sangat pelan.
“Apa lo bilang?” Tanya Dipa.
“Nggak, gue gak bilang apa-apa. Yaudah, gue cabut, kalau lama-lama gue disini, bisa-bisa gue ketularan cerewet..” Maki Bisma, kemudian Bisma berlalu
Dipa memandang kesal kearah Bisma yang kian berlalu itu.
---
*Bisma POV on*
Ingin rasanya Aku terbang menembus langit ke Tujuh. Ingin rasanya Aku memeluk gunung, apa daya tanganku tak sampai.
Ingin rasanya aku memutar waktu, seandainya aku bisa memutar waktuku, aku ingin kembali pada waktu dimana Ayah begitu menyayangiku dengan tulus tanpa batas.
Dan rasanya aku ingin menghapus dan mengutuk hari dimana Ayah pertama kali membenciku. Ya, pada saat aku kelas 5 SD! Itu menyakitkan jika aku mengingatnya.
Sunggu bagai duri tajam yang menancap abadi dalam hatiku.
Ayah, cintailah dan sayangilah Bisma seperti dulu.
*Bisma POV off*
---
Bisma kini sudah pulang.
Namun, ia dikejutkan dengan sikap sang Ayah, yang begitu cetus terhadapnya.
.
“Bisma!! Sudah berapa kali papah katakan! Berhenti menggambar!!! Berhenti melukis!!! Kamu harus pandai! Kamu harus seperti adikmu!!” Sentaknya.
.
“Ada apa pah? Kenapa pah?” Tiba-tiba mama Cassma datang, melerai.
.
“Sudah mah! Papah tidak ingin melihat anak bodoh ini!!!” Sentaknya lagi.
.
Deg...
Hati Bisma begitu sakit mendengar perkataan Ayahnya yang begitu tajam menusuk hatinya hingga remuk.
.
“Kenapa pah? Kenapa? Menggambar, melukis, itu kesenangan Bisma!! Bisma tidak sebodoh apa yang papah pikir!! Bisma memang tidak seperti Reza pah! Karena Bisma bukan Reza!! Papah saharusnya paham!! Aku capek pah, aku capek selalu saja seperti dianak tiri kan! Apa aku bukan anak kandung papah? aku mencintai seni pah!! Tolong ngertiin aku!! Aku tidak sebodoh apa yang papah pikir!!” Bisma angkat Bicara.
.
“Oh jadi sekarang kamu sudah berani melawan papah! Oke, kalau kamu masih bersikeras menggeluti hobby kamu yang hanya buang-buang waktu itu, kamu pergi dari rumah ini!!! Tinggalkan rumah ini!!!” Sentaknya.
.
Deg..
.
“Pah, pah, jangan bilang seperti itu, Bisma itu anak kandung kita. Bis, kamu jangan pergi ya, jangan dengarkan apa yang papahmu katakan.” Lerai sang Ibu.
.
Bisma terdiam sejenak,
.
“Oke, Bisma akan pergi dari rumah ini! Suatu saat nanti Bisma akan membanggakan papah dan mamah, maaf kalau selama ini memang Bisma hanya merepotkan kalian saja..” Ucap Bisma bergegas kedalam kamar, untuk membereskan barang-barangnya, lalu pergi dari rumah.
.
“Bis, mamah mohon, jangan pergi, bis, jangan pergi, bis.. Mamah mohon...” Bu cassma memohon agar Bisma mengurungkan niatnya untuk pergi dari rumah.
.
.
.
.
.
Apa yang terjadi?
Entahlah.
Silahkan berkomentar tetapi jangan spam
EmoticonEmoticon